Latar Belakang Industri Otomotif
Geschrieben von andisamaran am 28. November 2022 08:34 Uhr
Industri otomotif sangat bepengaruh terhadap perekonomian suatu negara, hal ini juga tentunya berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di masanya. Industri otomotif pun juga memiliki beberapa cabang seperti industri komponen, industri perakitan, industri manufaktur, dan lain-lain. Tetapi dalam penelitian ini penulis lebih condong mengarah ke industri manufaktur khususnya mobil. Perkembangan industri manufaktur yang terus berganti juga akan mempengaruhi strategi pemerntah dalam menetapkan suatu kebijakan, karena terpengaruh dalam pesatnya arus industri otomotif Indonesia sebagai negara berkembang (Investments, 2017). Globalisasi yang terjadi membuat perubahan semakin cepat yang berdampak cukup luas ke dalam domestik maupun dunia Internasional. Hal ini membuat Indonesia semakin banyak terjalin kerja sama terhadap negara di kawasan Asia Tenggara. Tentunya hal tersebut berdampak dalam pengambilan kebijakan di setiap periode kepemimpinan negara. Kondisi ini akan membuat proses adaptasi baru dalam pembuatan strategi kebijakan secara makro yang nantinya berimplikasi kepada perumusan kebijakan secara mikro (Silalahi, 2014, hal. 1-13). Hubungan dalam kebijakan industri otomotif seperti kendaraan murah dan ramah lingkungan yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya tetap berjalan dalam pemerintahan Joko Widodosaat ini. Ketua umum Gaikindo Sudirman MR melihat bahwa setiap tahun pertumbuhan industri otomotif roda empat mengalami peningkatan di masa Susilo Bambang Susilo Bambang Yudhoyono, terbukti di tahun 2006 penjualan kendaraan roda empat mencapai 318 ribu menjadi 433 ribu di tahun 2007 lanjut di tahun 2008 mencapai titik 603 ribu sampai pada tahun 2013 akhir dapat mencapai 1.998.000 unit yang mendekati angka 2 juta unit (Marketeers, 2014). Lihat juga link berikut ini grill mercedes w208 Namun dibalik kepesatan industri otomotif saat ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi peranan penting dalam melihat situasi yang akan berguna bagi peningkatan industri otomotif seperti kebijakan produksi mobil murah dan ramah lingkungan LCGC Low Cost and Green Car (Kemenperin, Kebijakan Otomotif Semakin Agresif, 2019). Hal ini terlihat di dalam berita Kementerian Perindustrian serta analisis data dari Gaikindo yang menyatakan peningkatan populasi mobil dari 2011 mencapai 10.53 juta unit. Pada tahun 2012 mencapai 11,47 juta unit, dan jumlahnya terus bertambah di tahun 2013 yang mencapai 12,53 juta unit (Kemenperin, Menilik Masa Depan LCGC, 2016). Ketika keberhasilan LCGC ini muncul di Indonesia mengakibatkan daya beli yang tinggi dan direspon baik oleh masyarakat menengah. Hanya saja permasalahan pembangunan infrastruktur yang lambat menjadi permasalahan yang di tinggalkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono di akhir jabatannya. Hal ini membuat misi baru bagi Joko Widodo yang terdesak oleh dunia internasional seperti negara tetangga di Asia Tenggara contohnya Thailand, Malaysia, Filipina, dan juga Vietnam. Saat ini Indonesia memimpin pasar penjualan kendaraan bermotor di ASEAN dari data dari Federasi Otomotif ASEAN (AFF) dengan jelas memperlihatkan posisi Indonesia bersanding dengan jumlahpenjualan kendaraan bermotor mobil oleh negara-negara di Asia Tenggara penjualan terbanyak sepanjang tahun 2017 yang mencapai 1,079 juta di ASEAN di pegang oleh Indonesia. Indonesia memimpin di urutan pertama pada tahun 2017 dalam penjualan kendaraan bermotor mobil di angka 1.079.534 juta unit, lalu di ikuti oleh Thailand sebanyak 871.650 unit, ketiga oleh Malaysia sebanyak 576.635 unit, lalu terakhir Filiphina 425.673 unit (Priyanto, 2018). Terdorongnya Indonesia juga dikarenakan adanya persaingan yang sengit terhadap Thailand, sehingga negara lain yang berada dikawasan pun juga ikut membangun industri otomotifnya. Bahkan Joko Widodo juga menjelaskan adanya tantangan bagi Indonesia saat ini mengenai mobil listrik yang sudah semakin luas, lalu maraknya transportasi online yang pemerintah juga harus memberikan redefinisi mengenai kendaraan otonom tersebut, yang terakhir resiko jangka pendek melihat adanya pasar yang sangat besar seperti AS dan Tiongkok dalam persaingan dagang guna mempersiapkan Indonesia menerima dampak penurunan ekonomi dunia (Kusumo, 2019). Dalam menghadapi tantangan tentunya peran Kementerian Perindustrian memiliki peran yang membantu negara dalam upaya mendukung pemerintah Indonesia agar menerapkan industri 4.0 serta meningkatkan investasi. Upaya yang dilakukan ini akan mempercepat langkah maupun strategi Indonesia dalam sektor industri otomotif semakin kuat. Jerman menjadi negara pertama yang di kunjungi oleh Airlangga Hartarto dalam melakukan kunjungan kerja ke dua negara yaitu Ceko dan Jerman (Satya, 2018, hal. 19-23). Kunjungi juga tautan dibawah : |
Kommentare
Es sind noch keine Kommentare vorhanden!